Disusun
oleh : Muhammad Shidqi Qoyyum Alauddin (201910370311184)
Fakultas
Informatika
Kata
pengantar :
Assalamulaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji
bagi Allah SWT,Tuhan semesta Alam yang dengan rahmat-NYA memberikan nikmat
kepada kita semua sebagai makhluk-NYA,yang berupa nikmat iman dan islam serta
nikmat waktu untuk berfikir,mentadaburi,serta menggali ilmu-ilmu Allah yang
maha luas,sehingga tidak ada satu lautan pun yang cukup untuk menulis ilmu-ilmu
Allah tatkala air laut itu dijadikan tinta.
Shalawat
beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW,kepada keluarganya,sahabatnya,serta sampailah kepada kita selaku umat nya
yang senantiasa patuh pada ajarannya,Amiin.
Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
BAB 1 :
PENDAHULUAN
Pembaca
yang semoga selalu mendapatkan taufik dari Allah Ta’ala. Allah menciptakan
kita, tidaklah untuk dibiarkan begitu saja. Tidaklah kita diciptakan hanya
untuk makan dan minum atau hidup bebas dan gembira semata. Akan tetapi, ada
tujuan yang mulia dan penuh hikmah di balik itu semua yaitu melakukan ibadah
kepada Sang Maha Pencipta. Ibadah ini bisa diterima hanya dengan adanya tauhid
di dalamnya. Jika terdapat noda-noda syirik, maka batallah amal ibadah
tersebut.
RUMUSAN
MASALAH
Apa yang
dimaksud dengan Tauhid?
Apa makna
kalimat Laa Ilaaha ill Allah dan konsekuensinya?
Kenapa
Tauhid sebagai landasan bagi semua aspek kehidupan?
Apa jaminan
Allah terhadap orang yang bertauhid mutlak?
TUJUAN
MAKALAH
Menjelaskan
tentang
maksud
Tauhid, makna kalimat Laa Ilaaha ill Allah dan konsekuensinya, Tauhid sebagai
landasan bagi semua aspek kehidupan, dan jaminan Allah terhadap orang yang bertauhid
mutlak
BAB 2 :
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tauhid
Tauhid
adalah sikap dasar seorang muslim yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya
Dzat yang berhak disembah dan dipatuhi segara perintah dan larangan-Nya.
Tauhid juga
menjadikan seorang muslim hanya menjadikan Allah Swt sebagai tujuan.
Secara
harfiyah, tauhid berasal dari akar kata ahad yang artinya “satu”, yakni Tuhan
yang satu, tiada Tuhan selain-Nya (keesaan Allah).
Secara
bahasa, tauhid artinya keesaan Allah SWT. Kalimat Tauhid berbunyi Laa Ilaaha
Illaallaah (tiada Tuhan selain Allah)
Para ulama
telah menyebutkan pengertian tauhid dengan kalimat yang berbeda-beda dalam
kitab-kitab mereka, meski inti dan hakikatnya adalah sama. As-Safarini
rahimahullah berkata, “Tauhid menurut (istilah) syar’i adalah mengesakan dzat
yang disembah (yaitu Allah) dengan peribadahan, disertai keyakinan akan
keesaan-Nya secara dzat, sifat dan perbuatan.” Syaikh Sulaiman bin Abdillah bin
Muhammad bin Abdulwahhab rahimahumullah berkata, “Agama Islam disebut tauhid
karena agama ini dibangun di atas (keyakinan) bahwa Allah adalah tunggal (esa)
dalam kerajaan-Nya, dalam perbuatan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan Dia
adalah tunggal dalam dzat-Nya dan sifat-Nya, tidak ada yang serupa dengan-Nya.
Dan Dia adalah tunggal dalam ilahiyah-Nya dan dalam peribadahan (hamba)
kepada-Nya, tidak ada tandingan bagi-Nya.” Syaikh Shalih Al-Fauzan
hafizhahullah menjelaskan, “Tauhid adalah keyakinan akan keesaan Allah dalam
mencipta dan mengatur, dan pemurnian ibadah hanya kepada Allah, meninggalkan
peribadahan kepada siapa saja selain Allah, serta menetapkan nama-nama yang
maha indah dan sifat-sifat yang maha tinggi bagi Allah, dan mensucikan Allah
dari berbagai kekurangan dan celaan.” Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah
berkata, “Tauhid kepada Allah adalah mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dan
meniadakan persekutuan dari-Nya, dalam hak-hak Nya dan yang menjadi
kekhususan-Nya.” Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,
“Menurut syariat, tauhid adalah mengesakan Allah subhaanahu, dalam hal-hal yang
menjadi kekhususan-Nya; yaitu dalam hal Rububiyah, Uluhiyah dan Asma wa
Shifat.”
B. Makna
kata makna kalimat Laa Ilaaha ill Allah dan konsekuensinya
Laa Ilaaha
Illallah adalah kalimat yang terdiri dari 4 kata, yaitu : kata (laa), kata
(Ilaha), kata (illa) dan kata (Allah). Adapun secara bahasa bisa kita uraikan
secara ringkas sebagai berikut :
- Laa
adalah nafiyah lil jins (meniadakan keberadaan semua jenis kata benda yang
datang setelahnya). Misalnya perkataan orang Arab, “Laa rojula fid dari” (tidak
ada laki-laki dalam rumah) yaitu menafikan (meniadakan) semua jenis laki-laki
di dalam rumah. Sehingga laa dalam kalimat tauhid ini bermakna penafian semua
jenis penyembahan dan peribadahan yang haq dari siapapun juga kecuali kepada
Allah .
- Ilah
adalah mashdar (kata dasar) yang bermakna maf’ul (obyek) sehingga dia bermakna
(ma`luh) yang artinya adalah ma’bud ,
sementara ma’bud sendiri bermakna yang diibadahi atau yang disembah. Hal itu
karena (alaha) maknanya adalah ‘abada, sehingga makna ma’luh adalah ma’bud.
Beberapa
ayat al-Quran telah mendukung pengertian la ma’buda bihaqq illa Allah di
atas. Allah swt berfirman, “Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan
manusia, yang menguasai manusia, sesembahan manusia….(Qs.114:1-3). “Ataukah mereka mempunyai ilah (sesembahan)
selain Allah? (Qs. at-Thur:43) “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang
mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan
itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang
pedih.”[Qs. al-Maidah:73]Ayat-ayat ini menunjukkan dengan jelas, bahwa
sesembahan yang hakiki hanyalah Allah swt.
Kita
diperintahkan untuk mengingkari semua sesembahan (ilah) selain Allah. Ini ditunjukkan dengan sangat jelas pada ayat
lain, yakni tatkala Nabi Ibrahim as. mengingkari semua sesembahan yang telah
disembah oleh kaumnya. Allah swt.
berfirman, “Dan ingatlah tatkala
Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya, “Sesungguhnya aku melepaskan diri
dari segala apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah
menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan menunjukkiku (kepada jalan
kebenaran).” [Q.s. al-Zukhruf: 26-27]
C.Tauhid
Sebagai Landasan Bagi semua Aspek Kehidupan
1. Tidak mempersekutukan Allah
Mempersekutukan
artinya tidak menyembah Tuhan selain Allah SWT. Perbuatan mempersekutukan
tersebut dinamakan syirik, dan orang yang melakukannya dinamakan musyrik.
Syirik merupakan dosa besar di samping dosa-dosa besar yang lainnya, seperti
durhaka pada orangtua, takabur, dan lain sebagainnya.
Syirik
merupakan dosa besar, bahkan derajatnya terletak di atas dosa-dosa besar yang
lain. Karena itu syirik merupakan hal yang paling berbahaya dan paling dikutuk
oleh Allah, bahkan syirik merupakan dosa yang tidak diampuni.
“Sesungguhya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia
mengampuni dosa yang selain dari itu bagi siapa yang dikehendakinya.
Barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya”. (An-nisa’ 116).
2. Cinta kepada Allah
“Kabarkanlah
kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhya Aku Maha Pengampun Maha Penyayang, dan
bahwa sesungguhnya siksa-Ku adalah siksa yang amat pedih” (Al-Hijr 49-50).
Adapun
keharusan untuk mencintai Allah disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Agama islam memang mengajarkan hendaknya
semua manusia mencintai Allah dan Rasul Allah.
b. Mencintai Allah di sini maknanya ialah,
melaksanakan segala yang menjadi kelaziman cinta(kepada Allah), yaitu mentaati
dan mendahulukan perintah Allah, menjauhi larangan Allah.
c. Allah Maha Pengasih Maha Penyayang sehingga
kita wajib mengasihi dan mencintai Allah sepenuh hati.
3. Ridho dan ikhlas terhadap qada da qadar
Allah
Kepercayaan
kepada qada dan qadar ini mengajarkan, bahwa segala sesuatu yang terjadi di
alam, termasuk yang menimpa diri manusia sendiri, tidaklah terlepas dari takdir
atau ketentuan Allah.
Semua yang ada pada diri manusia telah
ditentukan(ditakdirkan) oleh Allah, dan manusia tinggal menerima apa adanya.
“Siapa
tidak ridha aka Qada-Ku da Qadar-Ku, baiklah ia mencari Tuhan selain Aku”
(Riwayat Thabrani).
Makna ridha
dan ikhlas terhadap takdir Allah ialah, hendaklah kita bersyukur terhadap
takdir yang diberikan oleh Allah SWT. Orang mukmin yang sabar dan tabah
meghadapi penderitaan akan memperoleh beberapa keuntungan:
a. Akan menerima pahala yang tiada terkira
banyaknya, bahkan memperoleh pahala sebagai orang yang mati syahid.
b. Dihapus dosa-dosanya oleh Allah.
c. Akan memperoleh kebahagiaan hidup abadi
di akhirat, yaitu masuk surga.
4. Bertaubat kepada Allah
Taubat
adalah kembali taat kepada Allah setelah sebelumnya durhaka kepada Allah SWT.
Siapa yang menyesal atas sesuatu dosa yang telah dikerjakan, hal tersebut sudah
dinamakan bertaubat, walaupun perlu disempurnakan lagi.
Agama Islam
mengajarkan, bahwa dosa dapat dihilangkan dengan dua jalan yang harus
dikerjakan semuanya, yaitu:
a. Dengan bertaubat kepada Allah, yaitu
berusaha secara khusus menghilangkan sesuatu dosa.
b. Dengan beribadah kepada Allah seperti
shalat, puasa, dan amal-amal baik lainnya.
Taubat
hendaknya dilakukan dengan mengerjakan rukun-rukun taubat yang terdiri dari:
a. Berhenti dari maksiat
b. Menyesal atas dosa-dosa yang telah
dikerjakan.
c. Berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak
mengulangi berbuat dosa.
5. Bersyukur kepada Allah
Syukur
ialah mempergunakan segala sesuatu pemberian dari Allah pada fungsinya
masing-masing, sesuai dengan yang sudah ditentukan Allah. Adapun selanjutnya,
syukur itu melengkapi juga pengertia-pengertian sebagai berikut:
a. Merasa gembira atas sesuatu pemberian
orang lain yang kita terima.
b. Menyatakan kegembiraan itu dengan ucapan
dan perbuatan.
c. Memelihara pemberian dengan baik-baik
dan mempergunakan sesuai dengan yang di kehendaki oleh si pemberi.
D. Jaminan
Allah bagi orang yang berauhid mutlak
Dalil
tentang keistimewaan bertauhid :
Firman
Allah :
الذين آمنوا
ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون
“Orang
orang yang beriman dan tidak menodai keimanan ( ) mereka dengan kedzoliman (
kemusyrikan ) ( ), mereka itulah orang- orang yang mendapat ketentraman dan
mereka itulah orang orang yang mendapat jalan hidayah”, ( QS. Al An’am, 82).
Ubadah bin
Shomit menuturkan : Rasulullah bersabda :
” من شهد أن
لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدا عبده ورسوله، وأن عيسى عبد الله ورسوله،
وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه والجنة حق والنار حق أدخله الله الجنة على ما كان
من العمل ” أخرجاه
“Barang
siapa yang bersyahadat ( ) bahwa tidak ada sesembahan yang hak ( benar ) selain Allah saja, tiada sekutu
bagiNya, dan Muhammad adalah hamba dan RasulNya, dan bahwa Isa adalah hamba dan
RasulNya, dan kalimatNya yang disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari
padaNya, dan sorga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti
memasukkanya kedalam sorga, betapapun amal yang telah diperbuatnya”. ( HR.
Bukhori & Muslim )
Imam
Bukhori dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari Itban bahwa Rasulullah
bersabda :
” فإن الله حرم
على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله ”
“Sesungguhnya
Allah mengharamkan neraka bagi orang orang
yang mengucapkan لا إله إلا الله
dengan ikhlas dan hanya mengharapkan ( pahala melihat ) wajah Allah”.
Menyebabkan
masuk surga tanpa hisab
Dalil :
Firman
Allah :
]إِنَّ إِبْرَاهِيمَ
كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ [ (120) سورة
النحل
“Sesungguhnya
Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada
Allah dan hanif (berpegang teguh pada kebenaran ), dan sekali kali ia bukanlah
termasuk orang orang yang mempersekutukan(Tuhan)” ( QS, An Nahl, 120 )
] والذين هم
بربهم لا يشركون [
“Dan orang
orang yang tidak mempersekutukan dengan Robb mereka (sesuatu apapun )”. ( QS.
Al Mu’minun, 59 )
Terimakasih,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.