Thursday, March 19, 2020

TAUHID DAN URGENSINYA BAGI UMAT MUSLIM



Disusun oleh : Muhammad Shidqi Qoyyum Alauddin (201910370311184)

Fakultas Informatika





Kata pengantar :

Assalamulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT,Tuhan semesta Alam yang dengan rahmat-NYA memberikan nikmat kepada kita semua sebagai makhluk-NYA,yang berupa nikmat iman dan islam serta nikmat waktu untuk berfikir,mentadaburi,serta menggali ilmu-ilmu Allah yang maha luas,sehingga tidak ada satu lautan pun yang cukup untuk menulis ilmu-ilmu Allah tatkala air laut itu dijadikan tinta.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW,kepada keluarganya,sahabatnya,serta sampailah kepada kita selaku umat nya yang senantiasa patuh pada ajarannya,Amiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



BAB 1 : PENDAHULUAN

Pembaca yang semoga selalu mendapatkan taufik dari Allah Ta’ala. Allah menciptakan kita, tidaklah untuk dibiarkan begitu saja. Tidaklah kita diciptakan hanya untuk makan dan minum atau hidup bebas dan gembira semata. Akan tetapi, ada tujuan yang mulia dan penuh hikmah di balik itu semua yaitu melakukan ibadah kepada Sang Maha Pencipta. Ibadah ini bisa diterima hanya dengan adanya tauhid di dalamnya. Jika terdapat noda-noda syirik, maka batallah amal ibadah tersebut.



RUMUSAN MASALAH

Apa yang dimaksud dengan Tauhid?

Apa makna kalimat Laa Ilaaha ill Allah dan konsekuensinya?

Kenapa Tauhid sebagai landasan bagi semua aspek kehidupan?

Apa jaminan Allah terhadap orang yang bertauhid mutlak?



TUJUAN MAKALAH

Menjelaskan tentang

maksud Tauhid, makna kalimat Laa Ilaaha ill Allah dan konsekuensinya, Tauhid sebagai landasan bagi semua aspek kehidupan, dan jaminan Allah terhadap orang yang bertauhid mutlak



BAB 2 : PEMBAHASAN



A. Pengertian Tauhid

Tauhid adalah sikap dasar seorang muslim yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang berhak disembah dan dipatuhi segara perintah dan larangan-Nya.
Tauhid juga menjadikan seorang muslim hanya menjadikan Allah Swt sebagai tujuan.
Secara harfiyah, tauhid berasal dari akar kata ahad yang artinya “satu”, yakni Tuhan yang satu, tiada Tuhan selain-Nya (keesaan Allah).
Secara bahasa, tauhid artinya keesaan Allah SWT. Kalimat Tauhid berbunyi Laa Ilaaha Illaallaah (tiada Tuhan selain Allah)



Para ulama telah menyebutkan pengertian tauhid dengan kalimat yang berbeda-beda dalam kitab-kitab mereka, meski inti dan hakikatnya adalah sama. As-Safarini rahimahullah berkata, “Tauhid menurut (istilah) syar’i adalah mengesakan dzat yang disembah (yaitu Allah) dengan peribadahan, disertai keyakinan akan keesaan-Nya secara dzat, sifat dan perbuatan.” Syaikh Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin Abdulwahhab rahimahumullah berkata, “Agama Islam disebut tauhid karena agama ini dibangun di atas (keyakinan) bahwa Allah adalah tunggal (esa) dalam kerajaan-Nya, dalam perbuatan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan Dia adalah tunggal dalam dzat-Nya dan sifat-Nya, tidak ada yang serupa dengan-Nya. Dan Dia adalah tunggal dalam ilahiyah-Nya dan dalam peribadahan (hamba) kepada-Nya, tidak ada tandingan bagi-Nya.” Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan, “Tauhid adalah keyakinan akan keesaan Allah dalam mencipta dan mengatur, dan pemurnian ibadah hanya kepada Allah, meninggalkan peribadahan kepada siapa saja selain Allah, serta menetapkan nama-nama yang maha indah dan sifat-sifat yang maha tinggi bagi Allah, dan mensucikan Allah dari berbagai kekurangan dan celaan.” Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah berkata, “Tauhid kepada Allah adalah mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dan meniadakan persekutuan dari-Nya, dalam hak-hak Nya dan yang menjadi kekhususan-Nya.” Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Menurut syariat, tauhid adalah mengesakan Allah subhaanahu, dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya; yaitu dalam hal Rububiyah, Uluhiyah dan Asma wa Shifat.”



B. Makna kata makna kalimat Laa Ilaaha ill Allah dan konsekuensinya

Laa Ilaaha Illallah adalah kalimat yang terdiri dari 4 kata, yaitu : kata (laa), kata (Ilaha), kata (illa) dan kata (Allah). Adapun secara bahasa bisa kita uraikan secara ringkas sebagai berikut :

- Laa adalah nafiyah lil jins (meniadakan keberadaan semua jenis kata benda yang datang setelahnya). Misalnya perkataan orang Arab, “Laa rojula fid dari” (tidak ada laki-laki dalam rumah) yaitu menafikan (meniadakan) semua jenis laki-laki di dalam rumah. Sehingga laa dalam kalimat tauhid ini bermakna penafian semua jenis penyembahan dan peribadahan yang haq dari siapapun juga kecuali kepada Allah .

- Ilah adalah mashdar (kata dasar) yang bermakna maf’ul (obyek) sehingga dia bermakna (ma`luh)  yang artinya adalah ma’bud , sementara ma’bud sendiri bermakna yang diibadahi atau yang disembah. Hal itu karena (alaha) maknanya adalah ‘abada, sehingga makna ma’luh adalah ma’bud.

Beberapa ayat al-Quran telah mendukung pengertian la ma’buda bihaqq illa Allah di atas.  Allah swt berfirman,  “Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan manusia, yang menguasai manusia, sesembahan manusia….(Qs.114:1-3).  “Ataukah mereka mempunyai ilah (sesembahan) selain Allah? (Qs. at-Thur:43) “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan  (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.”[Qs. al-Maidah:73]Ayat-ayat ini menunjukkan dengan jelas, bahwa sesembahan yang hakiki hanyalah Allah swt.

Kita diperintahkan untuk mengingkari semua sesembahan (ilah) selain Allah.  Ini ditunjukkan dengan sangat jelas pada ayat lain, yakni tatkala Nabi Ibrahim as. mengingkari semua sesembahan yang telah disembah oleh kaumnya.  Allah swt. berfirman,   “Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya, “Sesungguhnya aku melepaskan diri dari segala apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan menunjukkiku (kepada jalan kebenaran).” [Q.s. al-Zukhruf: 26-27]



C.Tauhid Sebagai Landasan Bagi semua Aspek Kehidupan

1.    Tidak mempersekutukan Allah

Mempersekutukan artinya tidak menyembah Tuhan selain Allah SWT. Perbuatan mempersekutukan tersebut dinamakan syirik, dan orang yang melakukannya dinamakan musyrik. Syirik merupakan dosa besar di samping dosa-dosa besar yang lainnya, seperti durhaka pada orangtua, takabur, dan lain sebagainnya.

Syirik merupakan dosa besar, bahkan derajatnya terletak di atas dosa-dosa besar yang lain. Karena itu syirik merupakan hal yang paling berbahaya dan paling dikutuk oleh Allah, bahkan syirik merupakan dosa yang tidak diampuni.

“Sesungguhya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari itu bagi siapa yang dikehendakinya. Barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (An-nisa’ 116).



2.    Cinta kepada Allah

“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhya Aku Maha Pengampun Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya siksa-Ku adalah siksa yang amat pedih” (Al-Hijr 49-50).

Adapun keharusan untuk mencintai Allah disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

a.    Agama islam memang mengajarkan hendaknya semua manusia mencintai Allah dan Rasul Allah.

b.    Mencintai Allah di sini maknanya ialah, melaksanakan segala yang menjadi kelaziman cinta(kepada Allah), yaitu mentaati dan mendahulukan perintah Allah, menjauhi larangan Allah.

c.    Allah Maha Pengasih Maha Penyayang sehingga kita wajib mengasihi dan mencintai Allah sepenuh hati.



3.    Ridho dan ikhlas terhadap qada da qadar Allah

Kepercayaan kepada qada dan qadar ini mengajarkan, bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam, termasuk yang menimpa diri manusia sendiri, tidaklah terlepas dari takdir atau ketentuan Allah.

 Semua yang ada pada diri manusia telah ditentukan(ditakdirkan) oleh Allah, dan manusia tinggal menerima apa adanya.

“Siapa tidak ridha aka Qada-Ku da Qadar-Ku, baiklah ia mencari Tuhan selain Aku” (Riwayat Thabrani).

Makna ridha dan ikhlas terhadap takdir Allah ialah, hendaklah kita bersyukur terhadap takdir yang diberikan oleh Allah SWT. Orang mukmin yang sabar dan tabah meghadapi penderitaan akan memperoleh beberapa keuntungan:

a.       Akan menerima pahala yang tiada terkira banyaknya, bahkan memperoleh pahala sebagai orang yang mati syahid.

b.      Dihapus dosa-dosanya oleh Allah.

c.       Akan memperoleh kebahagiaan hidup abadi di akhirat, yaitu masuk surga.



4.    Bertaubat kepada Allah

Taubat adalah kembali taat kepada Allah setelah sebelumnya durhaka kepada Allah SWT. Siapa yang menyesal atas sesuatu dosa yang telah dikerjakan, hal tersebut sudah dinamakan bertaubat, walaupun perlu disempurnakan lagi.

Agama Islam mengajarkan, bahwa dosa dapat dihilangkan dengan dua jalan yang harus dikerjakan semuanya, yaitu:

a.    Dengan bertaubat kepada Allah, yaitu berusaha secara khusus menghilangkan sesuatu dosa.

b.    Dengan beribadah kepada Allah seperti shalat, puasa, dan amal-amal baik lainnya.



Taubat hendaknya dilakukan dengan mengerjakan rukun-rukun taubat yang terdiri dari:

a.    Berhenti dari maksiat

b.    Menyesal atas dosa-dosa yang telah dikerjakan.

c.    Berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi berbuat dosa.



5.      Bersyukur kepada Allah

Syukur ialah mempergunakan segala sesuatu pemberian dari Allah pada fungsinya masing-masing, sesuai dengan yang sudah ditentukan Allah. Adapun selanjutnya, syukur itu melengkapi juga pengertia-pengertian sebagai berikut:

a.       Merasa gembira atas sesuatu pemberian orang lain yang kita terima.

b.      Menyatakan kegembiraan itu dengan ucapan dan perbuatan.

c.       Memelihara pemberian dengan baik-baik dan mempergunakan sesuai dengan yang di kehendaki oleh si pemberi.



D. Jaminan Allah bagi orang yang berauhid mutlak
Dalil tentang keistimewaan bertauhid :
Firman Allah  :

 الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون 

“Orang orang yang beriman dan tidak menodai keimanan ( ) mereka dengan kedzoliman ( kemusyrikan ) ( ), mereka itulah orang- orang yang mendapat ketentraman dan mereka itulah orang orang yang mendapat jalan hidayah”,   ( QS. Al An’am, 82).

Ubadah bin Shomit   menuturkan :  Rasulullah  bersabda :

” من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدا عبده ورسوله، وأن عيسى عبد الله ورسوله، وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه والجنة حق والنار حق أدخله الله الجنة على ما كان من العمل ” أخرجاه

“Barang siapa yang bersyahadat ( ) bahwa tidak ada sesembahan yang hak   ( benar ) selain Allah saja, tiada sekutu bagiNya, dan Muhammad adalah hamba dan RasulNya, dan bahwa Isa adalah hamba dan RasulNya, dan kalimatNya yang disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari padaNya, dan sorga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti memasukkanya kedalam sorga, betapapun amal yang telah diperbuatnya”. ( HR. Bukhori & Muslim )

Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari Itban  bahwa Rasulullah bersabda :

” فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله ”

“Sesungguhnya Allah  mengharamkan neraka bagi orang orang  yang mengucapkan لا إله إلا الله  dengan ikhlas dan hanya mengharapkan ( pahala melihat ) wajah  Allah”.



Menyebabkan masuk surga tanpa hisab

Dalil :

Firman Allah :

]إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ [ (120) سورة النحل

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (berpegang teguh pada kebenaran ), dan sekali kali ia bukanlah termasuk orang orang yang mempersekutukan(Tuhan)” ( QS, An  Nahl, 120 )

] والذين هم بربهم لا يشركون [

“Dan orang orang yang tidak mempersekutukan dengan Robb mereka (sesuatu apapun )”. ( QS. Al Mu’minun, 59 )




Terimakasih, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.